KUDUS - Keberadaan sejumlah pemain asing di tim Persiku pada Kompetisi Divisi Utama musim 2008/2009 lalu, kembali dipertanyakan sejumlah pihak. Salah satunya dari pemerhati sepak bola Edi Yusuf.
Seperti diketahui, pada kompetisi Divisi Utama 2008/2009 putaran pertama, Persiku sempat diperkuat striker asal Liberia Perry Sah Kollie, serta gelandang dan bek asal Kamerun, masing-masing Owang Abong Crepin dan Didier Koutouzi. Di putaran kedua, Persiku masih diperkuat Abong dan Koutouzi. Namun, Perry dilepas dan posisinya dihuni oleh striker anyar asal Paraguay, Alberto Paredes.
Meski demikian, penggunaan para pemain asing itu, rupanya tak mampu mengangkat posisi Persiku di klasemen. Dari 14 kontestan Divisi Utama wilayah timur, Persiku bahkan terpuruk di klasemen papan bawah, dengan menduduki urutan ke-13 atau hanya satu peringkat di atas Persekabpas Pasuruan yang akhirnya terdegradasi ke Kompetisi Divisi I.
"Kalau berkaca pada saat Persiku tampil di Kompetisi Divisi Utama era 1994-1995, waktu itu Persiku tidak diperkuat pemain asing namun bisa berada di klasemen papan tengah. Saat itu Persiku bahkan banyak dihuni para pemain muda lokal hasil binaan sendiri," ujar Edi.
Karena itu, Edi optimistis jika para pemain muda lokal yang ada saat ini sebenarnya juga punya potensi. Hanya saja, lanjut Edi, harus ada sikap proaktif dari sejumlah pihak, agar para pemain muda itu bisa diberdayakan secara maksimal.
"Kompetisi lokal harus dijalankan terus menerus dan harus ada tim pemandu bakat yang selalu memantau potensi para pemain," ujarnya. Yang tak kalah penting, lanjut Edi, sejak dini harus mulai dipersiapkan soal pendanaan ke depan.
"Akan dicari dari mana dan nantinya akan dipergunakan untuk apa saja. Itu harus dipikirkan mulai dari sekarang," bebernya. Hal itu menurut Edi agar dana yang dipergunakan efisien dan tepat sasaran.
Edi menambahkan, salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk meringankan beban pengelola Persiku, adalah dengan mencoba menerapkan sistem bapak angkat bagi para pemain muda potensial. (aji)